Laman

Kamis, 15 Juli 2010

Gerardus Hooft : Kelak, Orang Bisa Menghilang

Teori tentang partikel elementer bisa menjadi dasar dari temuan-temuan baru yang spektakuler. Bukan tidak mungkin, gambaran di film Star Trek akan terbukti.

http://eskesthai.blogspot.com/2005/06/new-spacetime-quantum-world-view.html

Selama lebih dari 2.500 tahun, manusia mencari misteri sifat materi. Salah satu bentuk kepenasaran itu dengan mencaritahu, partikel apakah yang paling kecil dalam suatu materi? Pada abad kelima sebelum Masehi, Democritus-filsuf Yunani-menemukan bahwa semua jenis materi dapat dipecah-pecah menjadi partikel kecil yang tidak dapat dibagi lagi. Partikel yang dianggap paling kecil ini disebutnya atom.

http://www.phys.uu.nl/~thooft/gthpub.html

Atom adalah gabungan dua kata Yunani yang berarti "tidak" dan "terbagi", dengan demikian "atom" artinya tidak dapat dibagi.

Ilmu pengetahuan pun berkembang. Sejumlah percobaan dilakukan dan teori-teori baru bermunculan. Kemudian ditemukan bahwa atom bukanlah partikel terkecil. Di dalam atom terdapat sejumlah partikel dasar/elementer yang tidak dapat dibagi lagi jadi partikel yang lebih kecil yaitu elektron, proton, dan netron. Lebih jauh lagi, sekarang ditemukan kuark sebagai bagian dari proton dan netron, sehingga saat ini yang disebut sebagai partikel elementer adalah kuark dan elektron. Di samping kuark dan elektron, ada partikel lain seperti foton, beberapa jenis neutrino yang juga digolongkan sebagai partikel elementer atau dikenal juga sebagai partikel sub-atomik.

Partikel elementer ini disebut sebagai jantung fisika, karena partikel-partikel elementer inilah yang mengatur sifat fisika setiap benda.

Kelakuan partikel elementer akan menentukan sifat fisika benda itu. Misalnya, mengapa suatu benda ada yang dapat menghantar listrik dengan baik dan benda lain tidak. Ini tergantung dari gerakan partikel elementer (dalam hal ini elektron). Pada suatu konduktor, elektron dapat bebas bergerak sehingga konduktor dapat menjadi penghantar listrik yang baik. Sedangkan pada isolator, elektron terikat kuat sehingga tidak dapat menghantar listrik dengan baik. Ini menjelaskan mengapa logam adalah penghantar listrik yang baik, sedangkan kayu tidak, misalnya.

Pemahaman partikel elementer benda akan membantu kita mengetahui sifat dasar setiap benda di alam ini.

Lalu, untuk apa kita perlu mengetahui sifat dasar tiap benda?

Temuan baru

Setiap kali lahir teori fisika atom, maka akan muncul serangkaian percobaan-percobaan yang di kemudian hari bisa menghasilkan teori baru. Entah menentang (seperti yang terjadi pada era setelah Democritus) atau menguatkannya. Gerardus Hooft termasuk yang kedua. Temuan peraih hadiah Nobel pada tahun 1999 ini menguatkan bahwa teori model standar itu bisa diterima untuk menjelaskan bahwa jagad raya tersusun atas kuark, lepton (yaitu elektron dan neutrino), dan boson (foton).

Dengan penemuan ini, kita semakin yakin bahwa fisika sedang bergerak ke arah track yang benar. Sehingga penelitian ke arah ke sana dapat diintensifkan. Berdasarkan teori-teori standar soal partikel elementer pada tiap benda itulah, lahir penemuan-penemuan dahsyat dalam skala atom seperti semikonduktor dan nanoteknologi.

Temuan Hooft membuat kita bisa melakukan banyak hal dengan lebih baik dan lebih tepat. Sehingga dimungkinkan terciptanya bahan-bahan dengan sifat-sifat yang dikehendaki. Mari kita berkhayal. Suatu ketika nanti, atas dasar pemahaman partikel dasar tadi, bukan tidak mungkin bisa direkayasa bahan selentur lycra, namun sekuat baja, dan bisa jadi bahan pakaian. Nantinya, ketika dunia makin kacau-semoga tidak terjadi-kita bisa melenggang di tengah desing peluru karena pakai baju antipeluru nan modis. Atau, akan ditemukan kaos kaki bola dari baja yang ringan, lembut, dan antilecet. Masih dalam kerangka khayalan (walau bukan tidak mungkin terjadi di masa depan), manusia bisa diubah partikel dasarnya, hingga bisa dipindah-tempatkan setiap saat tanpa perlu kendaraan, seperti yang digambarkan pada film Star Trek.

Betapa dari partikel kecil itu, bisa dihasilkan begitu banyak kemungkinan temuan menarik yang akan membuat dunia kita lebih maju. Dan, ini tak lepas dari jasa Gerardus Hooft.

Kok bisa-bisanya Gerardus Hooft terpikirkan untuk melakukan penelitian atas materi yang tak kasat mata itu?

Anak abnormal

Tidak seperti anak-anak pada umumnya, Hooft kecil sudah terlihat abnormal sejak awal. Jika anak lain sibuk bersenang-senang main sepeda, maka Hooft bersenang-senang dengan cara memperhatikan roda sepeda yang berputar. Saat itu dia terkagum-kagum pada orang yang menemukan sepeda, dan tak habis pikir mengapa roda-roda yang dihubungkan dapat bergerak bersama-sama. Keabnormalan itu juga tergambar ketika dia mengamati bagaimana semut-semut hidup. Bahkan, dia pernah berpikir, seandainya dia adalah seekor semut.

Rasa ingin tahunya yang tidak normal lahir karena kesukaannya membaca buku. Sejak usia sekolah dasar, Hooft sudah dijejali banyak buku dan mainan bernuansa sains oleh ayahnya. Suatu ketika, ayahnya membelikan mainan yang cukup mahal dengan perjanjian Hooft harus membuat apa yang diinstruksikan dalam buku panduan. Bukannya nurut, Hooft malah membuat ide lain berdasarkan idenya sendiri: Membuat robot yang dapat memungut benda!

Rasa ingin tahunya yang besar memang sulit dibendung hingga kerap membuat orang-orang di sekelilingnya perlu berpikir keras untuk menjawab pertanyaannya yang segunung itu.

Pada usia 16 tahun, Hooft berhasil meraih juara kedua dalam Olimpiade Matematika Nasional dan memperoleh hadiah dua buku yang ditulis oleh Georg P"lya, Mathematik und Plausibles Schliessen . Buku itu berisikan banyak hal, di antaranya teorema Euler untuk polygon dalam ruang 3 dimensi. Pengetahuan ini berguna untuk karier Hooft selanjutnya.

Lepas sekolah menengah, Hooft masuk State University of Utrecht. Atas desakan ayahnya, dia bergabung dengan Ultrecht Studenten Corps (perkumpulan pelajar Universitas Utrecht). Pada saat bergabung, dia mendapat pengalaman yang menarik: diplonco oleh senior-senior perkumpulan itu. Saat itu dia harus mencukur habis rambutnya dan dipermalukan dengan berbagai cara. Bahkan, secara khusus dia mendapat "perhatian" karena ketertarikannya pada bidang sains. Salah satu sasaran empuk bahan ejekan adalah tesisnya yang tentang bakteri spirochetes, yaitu bakteri penyebab penyakit sifilis. Biar begitu, keterlibatan Hooft pada perkumpulan tersebut membuatnya punya pengalaman berharga di luar dunia Fisika, seperti terlibat dalam sebuah acara klub dayung. Pengalaman nonsains ini membuatnya makin memahami kehidupan sosial di sekitarnya.

Semangat menyala

Sejak masuk di State University of Utrecht, tekad Hooft makin menggebu untuk menjadi seorang fisikawan. Di situ, ia mengenal Martinus Veltman, profesor fisika teoretis dengan spesialisasi di bidang partikel sub-atomik. Veltman kemudian menjadi pembimbingnya dalam menulis karya ilmiah. Hooft tertarik dengan apa yang sedang dikerjakan Veltman saat itu, yakni: renormalisasi teori Yang-Mills. Kelak bersama Veltman-lah, Hooft menerima Nobel Fisika atas hasil kerja mereka berdua dalam bidang itu.

Dalam menelurkan hasil karyanya, Hooft seringkali menentang arus. Kadang hasil pemikirannya tidak diacuhkan oleh pemikir lain. Namun, waktu menentukan bahwa pemikiran-pemikiran fisikawan yang mendapat gelar PhD tahun 1972 ini tidak dapat dianggap enteng.

Selesai mendapat PhD, Hooft bergabung dengan CERN (pusat fisika nuklir) Geneva selanjutnya ia menerima undangan sebagai dosen tamu di Harvard and Stanford. Sekembalinya ke Utrech pada tahun 1977, ia ditunjuk sebagai profesor penuh di sana. Di samping hadiah Nobel, Hooft memperoleh penghargaan bergengsi lainnya seperti The Dannie Heineman Prize dari The American Physical Society (1979) dan The 1982 Wolf Prize. Ia juga anggota akademi ilmu pengetahuan Belanda sejak 1982.

Di tengah kesibukannya, ayah dari dua anak hasil perkawinannya dengan Albertha A Schik, juga menulis banyak karya ilmiah dan buku di antaranya In Search of the Ultimate Building Blocks. Karya ilmiahnya bukan hanya dalam fisika partikel elementer, tetapi juga dalam kuantum gravitasi dan lubang hitam serta berbagai aspek fundamental dari fisika kuantum. Bagi Hooft, alam seperti halnya puzzle permainan bongkar pasang. Ia menyadari bahwa tugasnya adalah mencoba untuk memasang kembali potongan-potongan permainan itu sehingga membentuk kesatuan yang utuh.

nobel_prizes
Lihat Videonya (^_^)



this article from
http://www.facebook.com/pages/Kembali-ke-Association-of-The-Creators-Code-Breaker-ACCB/
you can join us to know more

Tidak ada komentar: